Laporan Praktikum

Rabu, 07 Mei 2014

TITRASI ASAM BASA



TITRASI ASAM BASA
A.    Tujuan
Melakukan titrasi asam basa untuk menentukan konsentrasi suatu larutan

B.     Dasar Teori
Titrasi adalah suatu metode untuk menentukan konsentrasi zat didalam larutan. Titrasi dilakukan dengan mereaksikan larutan tersebut dengan larutan yang sudah diketahui konsentrasinya (Brady, 1988: 178). Dalam titrasi, suatu larutan yang harus dinetralkan dimasukkan ke dalam wadah atau tabung. Larutan lain yaitu basa, dimasukkan ke dalam buret lalu dimasukkan ke dalam asam, mula-mula cepat, kemudian tetes demi tetes, sampai titik setara dari titrasi tersebut tercapai. Titik pada saat titrasi dimana indikator berubah warna dinamakan titik akhir (end point) dari indikator. Yang diperlukan adalah memadankan titik akhir indikator yang perubahannya terjadi dalam selang pH yang meliputi pH sesuai dengan titik setara (Ralph H, 2008: 308-310).
Zat yang akan ditentukan kadarnya sendiri disebut dengan titrasi (titran) dan biasanya diletakan di dalam tabung elenmeyer sedangkan zat yang telah diketahui sendiri konsentrasinya disebut sebagai (titer) dan biasanya diletakkan didalam buret baik titer ataupun titran biasanya didalam bentuk larutan (Keenan, 1982: 162). Perubahan besar dari pH yang terjadi dalam titrasi agar dapat menentukan kapan titik ekivalennya akan tercapai. Ada banyak asam dan basa organik dan basa organik lemah yang bentuk-bentuk tak berdisosiasi dan ionnya menunjukan warna yang berbeda warna. Molekul-molekul demikian dapat digunakan untuk menentukan kapan cukup titran telah ditambahkan dan disebut indikator visual.
Indikator terkenal phenoftalein merupakan asam diprotik dan tak berwarna. Ia mula-mula berdisosiasi menjadi suatu bentuk tak berwarna dan kemudian, dengan kehilangan hidrogen ke dua, menjadi ion dengan system terkonjugasikan, maka dihasilakanlah warna merah. Phenoftalein berubah warna pada kira-kira titik ekivalen dan merupakan indicator yang cocok. Volume basa yang lebih besar akan diperlukan untuk merubah warna suatu indikator dan titik ekivalen tidak akan di deteksi dengan ketepatan yang biasa diharapkan (Day, 2002: 141-145).
Titik ekivalen pada titrasi asam basa adalah pada saat dimana sejumlah asam tepat di netralkan oleh sejumlah basa. Selama titrasi berlangsung terjadi perubahan pH. pH pada titik equivalen ditentukan oleh sejumlah garam yang dihasilkan dari netralisaasi asam basa. Indikator yang digunakan pada titrasi asam basa adalah yang memiliki rentang pH dimana titik equivalen berada. Pada umumnya titik equivalen tersebut sulit untuk diamati, yang mudah dimatai adalah titik akhir yaang dapat terjadi sebelum atau sesudah titik equivalen tercapai. Titrasi harus dihentikan pada saat titik akhir titrasi tercapai, yang ditandai dengan perubahan warna indikator. Titik akhir titrasi tidak selalu berimpit dengan titik equivalen. Dengan pemilihan indikator yang tepat, kita dapat memperkecil kesalahan titrasi (Anonimous,  2013).
Sumber ion H- adalah Larutan NaOH encer dan ion H+ adalah larutan asam,mula-mula disiapkan NaOH 0,1 M kemudian distandarisasikan dengan larutan asam yang lain yang telah diketahui konsentrasinya, larutan NaOH tidak tersedia dalam keadaan murni dan larutannya dapat berubah konsentrasinya. NaOH Haruslah distandarisasikan sebelum digunakan untuk mentitrasi sampel.Pada sumber ion H adalah larutan NaOH kebanyakan pada titrasi asam basa.Perubahan larutan pada titik equivalen tidak jelas. Oleh karena itu untuk menentukan titik akhir titrasi digunakan indikator karena zat ini memperlihatkan perubahan warna pada pH tertentu secara ideal.titik titrasi seharusnya seharusnya sama dengan titik titrasi seharusnya sama dengan titik akhir titrasi (titik equivalen). Asam dan basa terurai sempurna dalam larutan berat oleh karena itu,pH pada sebagian titik selama titrasi air dapat dihitung langsung dari jumlah stoikiometri asam dan basa yang dibiarkan bereaksi (Sudarto, 2008: 101).
Untuk menentukan konesntrasi asam digunakan rumus (Kartimi, 2014: 33): V1 N1 = V2 N2
V1 = volume larutan asam
V2 = volume laruatan basa
N1 = molaritas larutan asam
N2 = molaritas lauran basa

C.    Alat dan Bahan
1.      Alat
a.       Buret
b.      Botol semprot
c.       Corong
d.      Statif dan penjempit
e.       Gelas kimia
f.       Labu erlenmeyer
g.      Pipet gondok
2.      Bahan
a.       NaOH 0,05 M
b.      HCl
c.       Phenolftalen
d.      Aquades
e.       Kertas saring/tissue

D.    Langkah Kerja
1.      Buret dibersihkan dan dibilas dengan NaOH yang akan dipakai, kemudian dimasukan larutan NaOH ke dalam buret menggunakan corong sampai volumenya hingga tepat pada skala nol.
2.      Dimasukan larutan asam yang akan ditentukan konsentrasinya dengan menggunakan pipet gondok dan masukkan ke dalam labu erlenmeyer.
3.      Ditambahkan aquades ke dalam labur erlenmeyer +5 ml untuk membilas larutan yang menempel pada dinding labu erlenmeyer, dan ditambahkan tiga tetes indokator phenolftalen.
4.      Titrasi dilakukan dengan cara meneteskan larutan NaOH dari buret secara perlahan-lahan tetes demi tetes sampai larutan akan berubah warna.
5.      Dicatat keadaan akhir buret yang menunjukan volume larutan NaOH yang dipakai, yakni selisih volume semula dengan volume akhir.
6.      Percobaan dilakukan sebanyak 2 kali.
7.      Dihitung konsentrasi larutan yang telah dititrasi dengan menggunakan rumus.

E.     Hasil Pengamatan

1.      Perhitungan percobaan pertama
Dik:
Va             = 10 ml
a    = 1
Vb             = 23-3,5
= 19,5
b    = 1
Mb = 0,05 M
Dit: Ma?
Jawab:
Va . Na = Vb . Nb
Va (M.a) = Vb (m.b)
10 . M.1 = 19,5 . 0,05.1
10 M = 0,975
M =  = 9,75 x 10-2
[H+] = M HCl
       = 9,75 x 10-2
pH = -log [H+]
     = -log 9,75 x 10-2
     = 2-log 9,75
     = 2 - 0,9
     = 1,1 M

Nb = M . b
9,75 x 10-2 M . 1
M = 9,75 x 10-2



2.      Perhitungan percobaan kedua
Dik:           Va = 10 ml
a = 1
Vb = 27 ml
b = 1
Mb = 0,05 M
Dit: Ma?
Jawab:
Va . Na = Vb . Nb
Va (M.a) = Vb (m.b)
10 . M.1 = 27 . 0,05.1
10 M = 1,35
M =  = 13,5 x 10-2
[H+] = M HCl
       = 13, x 10-2
pH = -log [H+]
     = -log 13,4 x 10-2
     = 2-log 13,5
     = 2 – 1,13
     = 0,87 M

Nb = M.b
13,5 x 10-2 = M.1
M = 13,5 x 10-2
    = 0,135



Nrata-rata =  =  = 0,11625 M

F.     Pembahasan
Titrasi merupakan suatu metode untuk menentukan konsentrasi zat di dalam larutan. Pada praktikum titrasi asam basa kali ini, ialah untuk menentukan konsentrasi larutan HCl dengan dicampuri oleh larutan NaOH yang sudah diketahui konesntrasi, yaitu 0,05 M. Adapun indikator yang dipakai adalah penolfthalen.
Larutan HCl 10 ml dimasukan ke dalam tabung erlenmeyer, dan NaOH dimasukan ke dalam buret. Sebelum memulai penetesan, terlebih dahulu ditetesi indikator penolfthalen, yang berguna untuk menadankan titik akhir indikator yang perubahannya terjadi dalam selang pH yang meliputi pH sesuai dengan titik setara. Perubahan warnanya dari tak berwarna sampai warnanya merah muda Selain itu, ditambahkan pula air 5 ml untuk membilas larutan yang menempel pada dinding labur erlenmeyer.
Setelah semuanya siap, barulah larutan asam ditetesi demi tetes dengan NaOH sambil labu erlenmeyer digoncangkan sampai titik setara dari titrasi tersebut tercapai, sehingga titrasi harus dihentikan dan di mana sejumlah asam dinetralkan oleh sejumlah basa, atau disebut titik equivalen. Akan tetapi, karena tidak bisa dilihat secara pasti titik equivalen tersebut maka yang dilihat adalah titik akhir titrasi. Yaitu sesaat setelah titik equivalen, dengan adanya perubahan warna indikator menjadi merah muda.
Dari percobaan ini, laruatan basa yang digunakan saat mencapai titik akhir titrasi, adalah 19,5 ml. Setelah volume basa yang digunakan diketahui barulah dimasukan ke dalam rumus: Va . Na = Vb . Nb. Sehingga didapat molaritas HCl adalah Na 0,0975 M, sehingga pH yang didapat adalah 1,1. Hal yang sama dilakukan di percobaan kedua. Namun nilai molaritas asam yang didapat adalah Na 0,135 M, sehingga pH yang didapat adalah 0,87. Dari kedua percobaan itum dicari nilai Nb rata-rata dengan rumus: Nrata-rata=  dan nilai rata-ratanya adalah 0,11625 M.
Akan tetapi, seharusnya pH yang dihasilkan HCl adalah 1 M. Dari percobaan pertama, melebihi 1 M dan percobaan kedua kurang dari 1 M. hal tersebut mungkin terjadi beberapa kesalah saat dilakukannya praktikum, yaitu terjadinya kebocoran NaOH pada buret. Dan kurangnya pada goncangan yang dilakukan pada labu erlenmeyer.
G.    Kesimmpulan
Dari hasil praktikum di atas dapat disumpulkan bahwa:
1.      Titrasi merupakan suatu metode untuk mencarikonsentrasi yang belum diketahiu.
2.      Titik equivalen merupakan keadaan di mana asam dan basa tepat bereaksi dan titik akhir yaitu titik di mana terjadi perubahan warna pada titrasi sehingga titrasi harus dihentikan.
3.      Konsentrasi asam yang didapat pada percoban pertama dan kedua adalah 0,0975 M dan 0,135 M dengan menggunakan rumus Va . Na = Vb . Nb. Dan nilai rata-ratanya adalah 0,11625 M.






Referensi:
Anonimous. 2013 “ Laporan Titrasi Asam Basa.” [Online] tersedia:
http://langgengsetya.blogspot.com/2013/02/laporan-praktikum-titrasi-asam-basa.html diakses pada 24 April 2014
Brady, James E. Kimia Universitas Asas dan Struktur edisi 5 Jakarta: Bina Rupa
Aksara
Keenan. 1982. Kimia Untuk Universitas. Jakarta:Erlangga
Ralph H, Petrucci. 2008. Kimia Dasar II. Jakarta: Erlangga.
Sudarto,Unggul. 2008.  Analisis Kimia Dasar. Yogyakarta: UNY.

3 komentar: