TERMOKIMIA
A.
Tujuan
1.
Menentukan
tetapan kalorimeter
2.
Menentukan
kalor reaksi Zn-CuSO4
3.
Menentukan
kalor netralisasi HCl-NaOH
B.
Dasar Teori
1.
Termodinamika
Termodinamika,
termasuk kimia, merupakan salah satu segi penting, yang menghubungkan energi
kalor dengan bentuk energi lain yang dikenal sebagai kerja. Bagaimana keadaan
alam semesta yang dipilih untuk penelitian termodinamika disebut sistem, dan
bagian dari alam semesta yang berinteraksi dengan sistem disebut keadaan
sekeliling lingkungan dari sistem. Sistem termodinamika mungkin sederhana
misalnya segelas air, atau mungkin kompleks sperti isi tanur tinggi atau danau
yag terkena polusi. Interaksi memacu pada perpindahan energi atau materi
antara sistem dan lingkungan.
Perpindahan energi dapat berupa kalor (q) atau dalam beberapa bentuk lainnya
yang secara keseluruhan disebut kerja/usaha (w). Perpindahan energi berupa kalor atau kerja
akan mempengaruhi jumlah kesseluruhan energi di dalam sistem, yang disebut
energi galam (E). (Ralph, 1990)
Kerja dibentuk ketika
suatu gaya bekerja melalui suatu jarak, dan banyaknya kerja (w), adalah hasil
kali gaya jarak. Satuan kerja SI adalah joule (J), yang juga dapat dinyatakan
sebagai, 1 joule = 1 kg m2 s-2. Salah satu cara untuk
memahami kerja adalah sebagai bentuk perpindahan energi yang dapat dinyatakan
melalui peningkatan atau penurunan berat. Kerja yang berhubungan dengan
pengembangan atau penekanan gas disebut
kerja tekanan-volume.
2.
Kalor
Kalor dapat
dipikirkan sebagai energi yang dipidahkan kerena perbedaan suhu. Eneregi
sebagai kalor mengalir dariabenda yang lebih panas (suhu lebih tinggi) ke benda
yang lebih dingin (suhu lebih rendah). Pada tingkat molekul, ini berarti
molekul-molekul dari bagian yang lebih panas kehilangan energi kinetiknya dan
berpindah ke bagian yang lebih dingin ketika kedua bagian tersebut bersentuhan. Akibatnya, energi kinetik
tranlasi rata-rata dari molekul-molekul benda yang lebih panas menurun atau
dikatakan suhunya turun. Pada benda yang lebih dingin suhunya meningkat. Energi
telah berpindah, atau kalor mengalir, di antara kedua benda tesebut sampai suhu
yang sama. Perlu ditekankan lagi, bahwa benda tersebut berisi energi, tetapi
tidak berisi kalor. Kalor menjelaskan energi yang berpindah melintas batas
sistem dan lingkingan.
Jumlah energi
kalor (q) yang dibutuhkan untuk mengubah suhu suatu zat tergantung pada
beberapa besarnya suhu yang harus diubah, jumlah zat, dan identitasnya (jenis
molekul-molekulnya). Kapasitas kalor adalah banyaknya energi kalor yang
dibutuhkan untuk mengikatkan suhu zat 1oC. Kapasitas kalor, tentu
saja, tergantung pada jumlah zat. Kapastias kalor spesifik atau disederhanakan,
kalor jenis, adalah banyaknya energi kalor yang dibutuhkan energi kalor yang
mengingkatkan suhu 1 gram zat sebesar 1oC. Kalor jenis molar adalah
banyaknya enegi kalor yang dibutukan untuk meningkatkan suhu 1 mol zat sebesar
1oC.
Kalori
merupakan jumlah kalor yang kecil untuk satuan yang lebih besar, digunakan kilo
kalori (kkal). 1 kkal = 1000 kal. Perubahan suhu dapat dinyatakan sebagai ∆T = Tf
- Ti. Dimana Tf adalah suhu akhir, Ti adalag suhu
awal, dan ∆T adalah perubahan suhu. Jika suhu suatu zat meningkat, suhu akhir
akhir lebih besar dari suhu awal (ditulis dengan simbol Tf
> Ti) dan ∆T positif (atau, ∆T > 0).
Gagasan lain
dalam perhitungan energi kalor adalah hukum kekekalan energi. Dalam interaksi
antara benda-benda atau zat-zat, eneregi total tetap konstan. Oleh sebab itu,
dalam interaksi di antara dua benda, energi
yang dilepaskan oleh sebuah benda harus diperoleh terima oleh yang lain.
Hasil
penelitian joule menetapkan suatu kesetaraan antara kerja dan kalor. Karena
joule adlah satuan dasar energi dari sistem SI, kerja maupun kalor dapat
dinyatakan pula dalam joule. Akan tetapi ada perbedaan yang jelas antara kalor
dan kerja. Karja menyatakan secara tidak langsung gerakan-gerakan molekul yang
teratur, dan kalor menyatakan secara tidak langsung gerakan yang tidak teratur
atau acak.
3.
Kalor
Rekasi
Banyaknya
energi kalor ini dapat disebut kalor reaksi da diberi lambang qrxn
Kalorimeter. Penentuan kalor reaksi dilakukan dengan alat yang disebut
kalorimeter. Di laboratorium, penentuan kalor raksi dilakukan dengan alat yang
disebut kalorimeter bom. Sistem termodinamikanya adalah isi bom, yaitu pereaksi
dan hasil reaksiya, bom itu sendiri, air untuk mencelupkan bom termometer,
pengaduk dan lain-lain, merupakan lingkungannya.
Kalor yang
dilepas dari rakasi sebagian besar digunakan untuk meningkatkan suhu air di
sekeliling bom jumlah kecil kalor diperlukan untuk mengingkatkan suhu bom itu
sendiri, pengaduknyam dan bagian-bagian lali dari kalorimeter. Jadi, kita
memerlukan tiga macam kalor –qrxn, 1air, qkalorimeter.
Kalor reaksi adalah qrxn, dan berpengaruh kalor terhadap lingkungan
dipisahkan menjadi yang berpengaruh pada air (qair) dan yang berpengaruh
terhadap bagian lain dari kalorimeter yang dipasang tersebut (qkalorimeter).
Jika kita mengikuti pemikiran yang digunakan dapat disimpulkan bahwa, qrxn
+ qair + qkalorimeter = 0
Ada
beberapa macam jenis perubahan pada suatu sistem. Salah satunya adalah sistim
terbuka, yaitu ketika massa, panas, dan kerja, dapat berubah-ubah. Ada juga
sistim tertutup, dimana tidak ada perubahan massa, tetapi hanya panas dan kerja
saja. Sementara, perubahan adiabatis merupakan suatu keadaan dimana sistim
diisolasi dari lingkungan sehingga tidak ada panas yang dapat mengalir.
Kemudian, ada pula perubahan yang terjadi pada temperature tetap, yang
dinamakan perubahan isotermik.
Pada
perubahan suhu, ditandai dengan ∆t (t menunjukkan temperatur), dihitung dengan
cara mengurangi temperatur akhir dengan temperatur mula-mula.
∆t = takhir
– tmula-mula
Demikian
juga, perubahan energi potensial;
∆(E.P) =
(E.P)akhir – (E.P)mula-mula
Pada reaksi endoterm, entalpi sesudah reaksi menjadi
lebih besar, sehingga ΔH positif. Sedangkan pada reaksi eksoterm, entalpi
sesudah reaksi menjadi lebih kecil, sehingga ΔH negatif. Perubahan entalpi pada
suatu reaksi disebut kalor reaksi. Kalor reaksi untuk reaksi-reaksi yang
khas disebut dengan nama yang khas pula, di ntaraya:
a. Entalpi Pembentukan Standar (ΔH◦f)
Entalpi
pembentukan standar suatu senyawa menyatakan jumlah kalor yang diperlukan atau
dibebaskan untuk proses pembentukan 1 mol senyawa dari unsur-unsurnya yang
stabil pada keadaan standar (STP). Entalpi pembentukan standar diberi simbol
(ΔH◦f), simbol f berasal dari kata formation yang berarti
pembentukan.
b. Entalpi Pembakaran Standar (ΔH◦c)
Entalpi
pembakaran standar suatu senyawa menyatakan jumlah kalor yang diperlukan atau
dibebaskan untuk proses pembakaran 1 mol senyawa dari unsur-unsurnya yang
stabil pada keadaan standar (STP). Entalpi penguraian standar diberi simbol (ΔH◦c)
simbol d berasal dari kata combustion yang berarti pembakaran.
c. Entalpi Netralisasi Standar
Adalah entalpi yang
terjadi pada penetralan 1 mol asam oleh basa atau 1 mol basa oleh asam pada
keadaan standar. Jika pengukuran tidak dilakukan pada keadaan standar, maka
dinotasikan dengan DHn. Satuannya = kJ / mol. (Anonim, 2012)
4.
Entalpi
dan Perubahan Entalpi
Entalpi (H)
adalah jumlah total dari semua bentuk energi. Entalpi (H) suatu zat ditentukan
oleh jumlah energi dan semua bentuk energi yang dimiliki zat yang jumlahnya
tidak dapat diukur dan akan tetap konstan selama tidak ada energi yang masuk
atau keluar dari zat. Untuk menyatakan kalor
reaksi pada tekanan tetap (qp ) digunakan besaran
yang disebut Entalpi ( H ). Untuk reaksi kimia: ∆H
= Hp – Hr.
Perubahan
kalor atau entalpi yang terjadi selama proses penerimaan atau pelepasan kalor
dinyatakan dengan ” perubahan entalpi (ΔH) ” . Harga entalpi zat
sebenarnya tidak dapat ditentukan atau diukur. Tetapi ΔH dapat ditentukan
dengan cara mengukur jumlah kalor yang diserap sistem. Misalnya pada perubahan
es menjadi air, yaitu 89 kalori/gram. Pada perubahan es menjadi air, ΔH adalah
positif, karena entalpi hasil perubahan, entalpi air lebih besar dari pada
entalpi es. Pada perubahan kimia selalu terjadi perubahan entalpi. Besarnya
perubahan entalpi adalah sama besar dengan selisih antara entalpi hasil reaksi
dan jumlah entalpi pereaksi. (Anonim, 2012)
Perubahan entalpi pada
saat sistem mengalami perubahan fisika atau kimia biasanya dilaporkan untuk
proses yang terjadi pada sekumpulan kondisi standar. Dalam banyak pembahasan
kita akan memperhatikan perubahan entalpi standar ∆H0 yaitu
perubahan entalpi untuk proses yang zat awal dan akhirnya ada dalam keadaan
standar.
Reaksi eksotermik
adalah reaksi yang melepas panas. Jika reaksi berlangsung pada suhu tetap,
berdasarkan perjanjian ∆H akan bernilai negatif karena kandungan panas dari
sistem akan menurun. Sebaliknya, pada reaksi endotermik yaitu reaksi yang
membutuhkan panas, berdasarkan perjanjian ∆H akan bernilai positif. (Aprianti,
2011)
C.
Alat dan Bahan
1.
Alat:
a)
Kalorimeter
b)
Gelas
kimia 100 mL
c)
Thermometer
100oC
d)
Pipet
volumetrik 25 mL
e)
Batang
Pengaduk
2.
Bahan:
a)
Air
b)
Serbuk
Zn
c)
CuSO4
0,25 M
d)
NaOH
1 M
e)
HCl
0,5 M
D.
Langkah Kerja
1.
Penentuan
Tetapan Kalorimeter
a)
Dimasukan
25 mL air ke dalam kalorimeter dengan menggunakan pipet volumetrik, dicatat
suhunya selama 3 menit sampai konstan (t1)
b)
Dipanaskan
25 mL air dalam gelas kimia sampai suhunya lebih tinggi di atas suhu kamar (±
60oC). Dicatat suhunya (t2).
c)
Dimasukan
air panas tersebut ke dalam kalorimeter yang telah berisi air dingin, kemudian
dikocok sambil suhu campuran diukur setiap 30 detik.
d)
Dibuat
grafik, dengan mengalurkan harga suhu sebagai sumbu Y dan waktu pada sumbu X.
e)
Lakukan
interpolasi grafik sampai pada waktu 0
detik. Pada waktu mendekati 0 detik menunjukan suhu campuran (t3).
f)
Hitung
tetapan kalorimeter.
2.
Penentuan
kalor reaksi Zn-CuSO4
a)
Dimasukan
25 mL CuSO4 0,25 M ke dalam kalorimeter, dicatat suhunya (t4)
b)
Ditimbang
± 0,75 gram serbuk Zn.
c)
Dimasukan
serbuk Zn tersebut ke dalam kalorimeter yang berisi larutan CuSO4.
d)
Dibuat
grafik seperti langkah percobaan 1, dan tentukan suhu campuran reaksi (t5),
yaitu pada waktu mendekati 0 detik.
e)
Hitung
kalor rekasi yang terukur.
3.
Penentuan
kalor netralisasi HCl-NaOH
a)
Dimasukan
25 mL HCl 0,5 M ke dalam gelas kimia dan 25 mL NaOH 1 M ke dalam gelas kimia
yang lain.
b)
Disimpan
kedua gelas kimia tersebut dalam bak yang berisi air selama lebih kurang 5
menit, kemudian ukur suhu salah satu pereaksi (t6). Dengan cara
merendam kedua gelas kimia yang berisi perekasi diharapkan suhu kedua pereaksi
itu sama.
c)
Dicampurkan
kedua larutan tersebut dalam kalorimeter, kemudian dikocok.
d)
Catat
suhu campuran setiap 30 detik sampai suhu konstan. Dibuat grafik suhu terhadap
waktu dan tentukan suhu campuran reaksi yang maksimum (t7) yaitu
pada suhu mendekati 0 detik.
E.
Hasil Pengamatan
1.1
Tabel
penentuan tetapan kalorimeter
Sampel
|
Volume
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
t1 air dingin
|
25 mL
|
29o
|
29o
|
29o
|
29o
|
29o
|
29o
|
t2 air panas
|
25 mL
|
35o
|
43o
|
50o
|
60o
|
65o
|
69o
|
t3 campuran
|
50 mL
|
39o
|
36o
|
35o
|
34o
|
33o
|
33o
|
1.2
Tabel
penentuan kalor reaksi Zn-CuSO4
Sampel
|
Volume
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
t5 CuSO4
|
25 mL
|
29o
|
29o
|
29o
|
29o
|
29o
|
29o
|
Serbuk Zn
|
|
|
|
|
|
|
|
t6 campuran
|
25 mL
|
32o
|
32o
|
33o
|
33o
|
33o
|
33o
|
1.3
Tabel
penentuan kalor netralisasi HCl-NaOH
Sampel
|
Volume
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
t6 (HCl-NaOH)
|
50 mL
|
31o
|
31o
|
31o
|
31o
|
31o
|
31o
|
t7 campuran
|
50 mL
|
32o
|
32o
|
33o
|
33o
|
33o
|
33o
|
1.
Perhitungan
penentuan tetapan kalori meter
Dik:
t1 : (25 mL) = 29o
t2 : (25 mL) = 69o
t3 : (50 mL) = 33o
C = 4,18 Jg-1k-1
Dit:
k...?
m = l . V
= 1 x 25
= 25
q1 = m.c.∆t
= m.c.(t3-t1)
= 25 . 4,18 . (33-29)
= 418
q2 = m.c.∆t
= m.c.(t2-t1)
= 25 . 4,18 . (69-49)
= 25 4,18 . 40
= 4180
q3 = q2-q1
= 4180-418
= 3762
K= 

= 

= 114 J/K
2.
m
= l . V
= 1,29 . 25
=
32,25
q4 =
k . (t5-t4)
= 114 . (33-31)
= 114 . 2
= 228
q5 =
m.c.∆t
= 32,25 . 3,52
. 2
= 227,04
q6 =
q4 + q5
= 228 + 227.04
= 455,04
∆Hr =

=
= 9100,8 L/mol

3.
Penentuan
kalor netralisasi HCl-NaOH
q7
= m.c.

=
28 . 3,89 . (t7-t6)
=
28 . 3,89 . (32-31)
=
28 . 3,89 . 1
=108,92
q8
= k.∆t
=
114 . 1
=
114
q9
= q7 + q8
=
108,92 + 114
222,92
∆Hn
= 

=


=
2229,2 K/mol
F.
Pembahasan
Termokimia merupakan
bagian termodinamkika yang membahas tentang perubahan kalor reaksi. Perubahan
kalor reaksi tersebut diukur menggunakan alat kalori meter dan tak terlepas
juga dari termometer untuk mengukur besarnya suhu tersebut. Pada praktikum
termikimia kali ini, dilakukan tiga percobaan dalam pembahasannya sebagai
berikut,
1. Penentuan tetapan kalorimeter
Sebelum menentukan perubahan panas dari suatu reaksi, tetapan kalori meter
sebelumnya dicari terlebih dahulu, karena tiap kalorimeter mempunyai tetapan
yang berbeda. Yaitu air sebanyak 25 mL dimasukan ke kalorimeter dan dicatat
temperaturnya, hal ini bertujuan untuk mengetahui suhu awal air dingin tersebut
(t1). Air yang sudah dipanaskan (t2), dicapurkan dalam
kalorimeter berisi air dingin. Inilah dilakukan untuk menentukan tetapan
kalorimeter. Campuran air panas dan air dingin untuk mengetahui (t3).
Tidak lupa diadukan yang bertujuan agar keduanya homogen. Ketika dicampurkan
suhu air panas dan air dingin mengalami perubahan, atau kedua reaksi tersebut
mengalami reaksi endoterm dan eksoterm. Reaksi eksoterm terjadi ketika air
panas yang suhunya lebih tinggi melepaskan kalor. Reaksi endoterm terjadi
ketika kalor yang dilepaskan oleh air panas kemudian diterima oleh air dingin.
Ketika pencampuran berlangsung, air panas dan air dingin mengalami perubahan
yaitu t3 mengalami penurunan perlahan. Suhu mengamali tetapan pada
waktu 30 detik ke 5 dan 6 yaitu 33oC. Setelah suhu ketiganya didapat
baru dihitung menggunakan rumus q =
m.c.∆t. didapat q1= 418, q2 = 4180, q3 = 3762 dan tetapanya K=114 J/K.
2. Penentuan kalor reaksi Zn-CuSO4
Larutan CuSO4 yang telah dimasukan pada kalorimeter dan dicatat
suhu awalnya, kemudian dimasukan serbuk Zn. Ketika dicampurkan mengalami
perubahan suhu, yaitu adanya kenaikan suhu. Hal ini menunjukkan bahwa adanya
kalor yang diserap pada reaksi tersebut. Dillihat dari perubahan suhunya,
Zn-CuSO4 mengalami endoterm, yaitu adanya kenaikan suhu. Pada
penentuan kalor reaksi Zn-CuSO4 didapat nilai ∆Hr = 9100,8 L/mol. Berikut reaksinya adalah: Zn + CuS04 → ZnSO4 + Cu.
3. Penentuan kalor netralisasi HCl-NaOH
Penentuan kalor netralisasi adalah entalpi yang terjadi pada penetralan
asam oleh basa atau sebaliknya pada keadaan standar. Perubahan kalor penetralan
HCl-NaOH seperti halnya pada percobaan kedua, pencampuran HCl dan NaOH
mengalami reaksi endoterm, yaitu mengalami kenaikan suhu. Sebelum melakukan
pencampuran keduanya larutan tersebut dilakukan penyamaan suhu antara keduanya.
Sebab apabila suhu keduanya berbeda maka terjadi dua perubahan kalor yaitu
perubahan kalor reaksi dan perubahan kalor campuran dengan suhu yang berbeda. Reaksinya
adalah NaOH + HCl → NaCl + H2O.
G.
Kesimpulan
Berdasarkan praktikum di atas dapat disimpulkan bahwa:
1.
Termokimia membahas
tentang perubahan energi yang menyertai suatu reaksi kimia yang
dimanifestasikan sebagai kalor reaksi.
2.
Perubahan yang terjadi pada
reaksi termokimia ada dua, yakni Perubahan yang terjadi dapat berupa pelepasan
kalor (reaksi eksoterm) atau penyerapan kalor (endoterm).
3.
Adanya kenaikan suhu
pencampuran antara serbuk Zn dan CuSO4, yang menunjukkan bahwa reaksi
tersebut mengalami endoterm.
4.
Adanya kenaikan suhu
pencampuran antara larutan HCl dengan NaOH, yang menunjukkan bahwa reaksi
tersebut mengalami endoterm.
Referensi:
Anonim,
2012. http://kimiabisa.blogspot.com/2012/12/termokimia.html diakses
pada 22/03/14
Aprianti.
http://aprianti-kartika.blogspot.com/2011/12/laporan-praktikum-termok
imia.html diakses pada 22/03/14
Petrucci,
Ralph. 1996. Kimia Dasar. Jakarta: Erlangga
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus