BUFFER DAN HIDROLISA
A.
Tujuan
1.
Menentukan
larutan yang terjadi berdasarkan pengukuran pH.
a.
Preses
Buffer
b.
Proses
Hidrolisa
c.
Proses
asam atau basa kuat yang terionisasi
2.
Menghitung
pH teoritik dari ke 3 proses tersebut
B.
Dasar Teori
1. Larutan Penyangga (Buffer)
Menurut Adom (2009: 5, dalam Rizki Hasmi
“online”) larutan penyangga (buffer) adalah larutan yang dapat menjaga
(mempertahankan) pHnya dari penambahan asam, basa, maupun pengenceran oleh air.
pH larutan buffer tidak berubah (konstan) setelah penambahan sejumlah asam,
basa, maupun air. Larutan
buffer mampu menetralkan penambahan asam maupun basa dari luar. Secara
umum, larutan penyangga digambarkan sebagai campuran yang terdiri dari
Asam lemah (HA) dan basa konjugasinya (ion A-), campuran ini
menghasilkan larutan bersifat asam. Basa lemah (B) dan basa konjugasinya (BH+),
campuran ini menghasilkan larutan bersifat basa.
Sunardi (2006: 34) larutan penyangga dapat dibedakan atas larutan
penyangga asam dan larutan penyangga basa. Larutan penyangga asam mempertahankan
pH pada daerah asam (pH <7 ), sedangkan larutan penyangga basa
mempertahankan pH pada daerah basa (pH > 7). Larutan penyangga asam
mengandung suatu asam lemah dan basa konjugasi sedangkan ;larutan penyangga
basa mengandung suatu basa lemah dan asaam konujugasi. Berikut adalah larutan penyangga asam dan basa yang dipaparkan oleh Adom
(2009: 5).
a. Larutan penyangga asam
Larutan ini mempertahankan pH pada daerah asam (pH
< 7). Untuk mendapatkan larutan ini dapat dibuat dari asam lemah dan
garamnya yang merupakan basa konjugasi dari asamnya. Adapun cara lainnya yaitu
mencampurkan suatu asam lemah dengan suatu basa kuat dimana asam lemahnya
dicampurkan dalam jumlah berlebih. Campuran akan menghasilkan garam yang
mengandung basa konjugasi dari asam lemah yang bersangkutan.
Penambahan asam (H+) akan menggeser
kesetimbangan ke kiri. Dimana ion H+ yang ditambahkan akan bereaksi
dengan ion HCO3- membentuk molekul H2CO3.
HCO3- (aq) + H+(aq)
→ H2CO3 (aq)
Jika yang ditambahkan adalah suatu basa, maka ion
OH- dari basa itu akan bereaksi dengan ion H+ membentuk
air. Hal ini akan menyebabkan kesetimbangan bergeser ke kanan sehingga
konsentrasi ion H+ dapat dipertahankan. Jadi, penambahan basa
menyebabkan berkurangnya komponen asam (H2CO3), bukan ion
H+. Basa yang ditambahkan
tersebut bereaksi dengan asam H2CO3 membentuk ion HCO3-
dan air.
H2CO3 (aq) + OH-(aq)
→ HCO3- (aq) + H2O(l)
b. Larutan penyangga basa
Larutan ini mempertahankan pH pada daerah basa (pH
> 7). Untuk mendapatkan larutan ini dapat dibuat dari basa lemah dan garam,
yang garamnya berasal dari asam kuat. Adapun cara lainnya yaitu dengan
mencampurkan suatu basa lemah dengan suatu asam kuat dimana basa lemahnya
dicampurkan berlebih. Contoh: NH4OH
dengan NH4Cl.
Adapun cara kerjanya dapat dilihat pada larutan penyangga yang mengandung
NH3 dan NH4+ yang mengalami kesetimbangan. Dengan proses sebagai berikut:
Pada penambahan asam
Jika ditambahkan suatu asam, maka ion H+
dari asam akan mengikat ion OH-. Hal tersebut menyebabkan
kesetimbangan bergeser ke kanan, sehingga konsentrasi ion OH- dapat
dipertahankan. Disamping itu penambahan ini menyebabkan berkurangnya komponen
basa (NH3), bukannya ion OH-. Asam yang ditambahkan
bereaksi dengan basa NH3 membentuk ion NH4+.
NH3 (aq) + H+(aq)
→ NH4+ (aq)
Pada penambahan basa, jika yang ditambahkan adalah suatu basa, maka
kesetimbangan bergeser ke kiri, sehingga konsentrasi ion OH- dapat
dipertahankan. Basa yang ditambahkan itu bereaksi dengan komponen asam (NH4+),
membentuk komponen basa (NH3) dan air.
NH4+
(aq) + OH-(aq) → NH3 (aq) +
H2O(l) (Farx, 2011 : 2).
2. Hidrolisia
Hidrolisis adalah reaksi peruraian suatu garam dalam air. Reaksi hidrolisis
terjadi antara ion-ion garam (dalam air) dengan air sehingga ion (+) dan ion
(-) dari garam bereaksi dengan air membentuk asam dan basa asalnya. Pencampuran
larutan asam dengan larutan basa akan menghasilkan garam dan air. Namun
demikian, garam dapat bersifat asam, basa maupun netral. Sifat garam bergantung
pada jenis komponen asam dan basanya. Garam dapat terbentuk dari asam kuat
dengan basa kuat, asam lemah dengan basa kuat, asam kuat dengan basa lemah,
atau asam lemah dengan basa lemah. Jadi, sifat asam basa suatu garam dapat
ditentukan dari kekuatan asam dan basa penyusunnya. Sifat keasaman atau
kebasaan garam ini disebabkan oleh sebagian garam yang larut bereaksi dengan
air. Proses larutnya sebagian garam bereaksi dengan air ini disebut hidrolisis
yang berarti peruraian (Anonimous, 2014).
Berikut menurut Ralph H. Pettruck beberapa jenis garam berdasarkan komponen
asam basa pembentuknya:
a. Garam dari Asam Kuat dengan Basa Kuat
Asam kuat dan basa kuat
bereaksi membentuk garam dan air. Kation dan anion garam berasal dari
elektrolit kuat yang tidak terhidrolisis, sehingga larutan ini bersifat netral,
pH larutan ini sama dengan 7.
b. Garam dari Asam Kuat dengan Basa Lemah
Garam yang terbentuk
dari asam kuat dengan basa lemah mengalami hidrolisis sebagian (parsial) dalam
air. Garam ini mengandung kation asam yang mengalami hidrolisis. Larutan garam
ini bersifat asam, pH <7.
NH 4 Cl
(aq) → NH 4 + (aq) + Cl - (aq)
Cl - (aq)
+ H 2 O (l) →
NH 4 +
(aq) + H 2 O (l) → NH 3 (aq) + H
3 O + (aq)
Reaksi hidrolisis dari
amonium (NH4+) merupakan reaksi kesetimbangan. Reaksi ini
menghasilkan ion oksonium (H 3O+) yang bersifat asam
(pH<7).
c. Garam dari Asam Lemah dengan Basa Kuat
Garam yang terbentuk
dari asam lemah dengan basa kuat mengalami hidrolisis parsial dalam air. Garam
ini mengandung anion basa yang mengalami hidrolisis. Larutan garam ini bersifat
basa (pH > 7).
Contohnya Natrium asetat
(CH 3 COONa) terbentuk dari asam lemah CH 3 COOH dan basa
kuat NaOH. CH 3 COOH akan terionisasi sebagian membentuk CH 3
COO - dan Na + . Anion CH 3 COO -
berasal dari asam lemah yang dapat terhidrolisis, sedangkan kation Na +
berasal dari basa kuat yang tidak dapat terhidrolisis.
CH 3 COONa
(aq) → CH 3 COO - (aq) + Na +
(aq)
Na + (aq)
+ H 2 O (l) →
CH 3 COO
- (aq) + H 2 O (l) → CH 3
COOH (aq) + OH - (aq)
Reaksi hidrolisis
asetat (CH3COO‑) merupakan reaksi kesetimbangannya.
Reaksi ini menghasilkan ion OH ‑ yang bersifat basa (pH > 7).
Secara umum reaksinya ditulis: A - + H 2 O → HA + OH
-
d. Garam dari Asam Lemah dengan Basa Lemah
Asam lemah dengan basa
lemah dapat membentuk garam yang terhidrolisis total (sempurna) dalam air. Baik
kation maupun anion dapat terhidrolisis dalam air. Larutan garam ini dapat
bersifat asam, basa, maupun netral. Hal ini bergantung dari perbandingan
kekuatan kation terhadap anion dalam reaksi dengan air.
Sebagai contoh suatu
asam lemah HCN dicampur dengan basa lemah, NH3 akan terbentuk garam
NH4CN. HCN terionisasi sebagian dalam air membentuk H +
dan CN - sedangkan NH 3 dalam air terionisasi sebagian
membentuk NH4+ dan OH-. Anion basa CN - dan kation asam NH 4
+ dapat terhidrolisis di dalam air.
NH 4 CN
(aq) → NH 4 + (aq) + CN - (aq)
NH 4 +
(aq) + H 2 O → NH 3(aq) + H 3 O
(aq) +
CN - (aq)
+ H 2 O (e) → HCN (aq) + OH - (aq)
C.
Alat dan Bahan
1.
Alat
a.
Gelas
ukur
b.
Gelas
kimia
c.
Pipet
tetes
d.
Plat
tetes
2.
Bahan
a.
Kertas
indikator universal
b.
Aquades
c.
Larutan
CH3COOH 1 M
d.
NH4Cl
1 M
e.
Na4PO4
1 M
f.
NaOH
1 M
g.
KH4PO4
D.
Langkah Kerja
1.
1 ml
CH3COOH 1 M dicampur dengan 1 ml NaOH 1 M. Ukurlah pH-nya dengan kertas
indikator.
2.
1 ml
CH3COOH 1 M diencerkan dengan 10 ml, dengan cara menambahkan 9 ml aquades.
Hitung konsentrasinya.
Masukan
ke dalam tabung reaksi.
a.
2 ml
Cuka yang telah diencerkan + 2 ml NaOH yang telah diencerkan
b.
5 ml
Cuka yang telah diencerkan + 2 ml NaOH yang telah diencerkan.
c.
2 ml
Cuka yang telah diencerkan + 5 ml NaOH yang telah diencerkan
Diukur
pH ketiga campuran larutan tersebut dan catat hasilnya. Terjadi proses apakah
ke tiga larutan tersebut?
3.
Terjadi
proses apakah dalam larutan tersebut di bawah ini:
a.
Tetesilah
kertas PH dengan larutan Na3PO4, pH?
b.
Tetesilah
kertas PH dengan larutan NH4Cl, pH?
4.
Hitunglah
secara teoritik: nomor 1 dengan nomor 3.
E.
Hasil Pengamatan
1.1
Tabel
Pengamtan
No
|
Larutan
|
Warna Indikator
|
pH
|
1
|
CH3COOH + NaOH
|
Kuning
|
4
|
2
|
2 ml CH3COOH + 2 ml NaOH
|
Hijau
|
7
|
3
|
5 ml CH3COOH + 2 ml NaOH
|
Kuning
|
6
|
4
|
2 ml CH3COOH + 5 ml NaOH
|
Biru
|
12
|
5
|
KH2PO4
|
Kuning
|
6
|
6
|
NH4Cl
|
Biru
|
5
|
1.2
Hasil
Perhitungan
1.
Mol
CH3COOH = m. V = 1 . 1 = 1 mol mol
NaOH = m . v = 1 . 1 = 1 mol
CH3COOH +
NaOH → CH3COONa + H2O
M
1 mol 1 mol - -
R 1 mmol 1 mmol 1
mmol
1 mmol

1. M
CH3COONa = 

=
= 0,5 = 5x10-1

[OH-]
=
=
=



=
=
. 10-5


pOH
= - log (OH-)
pOH
= - log
. 10-5

pOH
= 5-log 

pH
= 14 - POH = 14 – (5-log
)

= 9 + log 

2.
Pengenceran
CH2COOH M1 . V1 = M2
. V2
M2 =
= 0,1

NaOH M1 . V1 = M2
. V2
M2 =
= 0,1

a.
M
= 0,1
V CH3COOH = 2 m
Jawab
n CH3COOH = M .V
= 0,1 . 2
= 0,2 mmol
n NaOH = M .V
= 0,1 . 2
= 0,2 mmol
CH3COOH + NaOH → CH3COONa + H2O
M 0,2 0,2 - -

s - - 0,2 0,2
M CH3COONa
=
=
= 0,05 = 5x10-2


(OH-) =
=
=



=

=
. 10-5

pOH
= - log (OH-)
pOH
= - log
. 10-6

pOH = 6-log 

pH
= 14 - pOH
= 14 – (6-log
)

= 8 + log 

b.
n CH3COOH = M . V
= 0,1 . 5
=
0,5
n NaOH = M . V
= 0,1 . 2
= 0,2
CH3COOH
+ NaOH → CH3COONa + H2O
M 0,5 0,2 - -

s 0,3 - 0,2 0,2
(H+) = Ka .

= 1,8x10-5 .

= 1,8x10-5 . 1,5
= 2,7x10-5
pOH
= -log (H+)
= - log2,7 x10-5
=
5-log 2,7
c.
n CH3COOH = M . V
= 0,1 . 2 = 0,2
n NaOH = M . V
= 0,1 . 5
= 0,5
CH3COOH +
NaOH CH3COONa +
H2O
m 0,2 0,5 -
-

s - 0,3 0,2 0,2
(OH-)
= Kb .

= 2x10-5 .

=
2x10-5 . 1,5 = 3x10-5
POH = - log (OH-)
POH = - log 3x10-5
POH = 5-log 3
pH = 14- POH
=
14 – (5-log 3)
= 9 log 3
3.
KH2PO4 →
KH2+ + PO-4

(OH-)
=

=
=


=

=
. 10-5

pOH
= - log (OH-)
pOH
= - log
. 10-5

pOH
= 5-log 

pH
= 14-pOH
= 14 – (5-log
)

= 9 + log 

F.
Pembahasan
Larutan penyangga atau buffer adalah larutan yang
dapat menjaga (mempertahankan) pHnya dari penambahan asam, basa, maupun
pengenceran oleh air. Sedangkan hidrolisis adalah reaksi peruraian suatu garam
dalam air. Pada praktikum kali ini bertujuan untuk menentukan larutan yang
terjadi berdasarkan pengukuran PH, dengan tiga proses, yaitu proses buffer,
hidrolisa dan proses asam atau basa kuat yang terionisasi. Dan setelah itu
menghitung pH teoritik dari ke tiga proses tersebut.
Pada percobaan pertama dilakukan menggunakan
pengenceran CH3COOH 1 M dan NaOH 1 M, setelah keduanya dicampurkan
didapat warna kuning menggunakan indikator universal. Di mana pH adalah 4. Larutan ini mempertahankan pH pada daerah asam (pH
< 7). Dengan reaksinya: CH3COOH
+ NaOH
→ CH3COONa + H2O.
Jika yang ditambahkan adalah suatu basa, maka ion
OH- dari basa itu akan bereaksi dengan ion H+ membentuk
air. Hal ini akan menyebabkan kesetimbangan bergeser ke kanan sehingga konsentrasi
ion H+ dapat dipertahankan. Pencampuran ini
menunjukan proses buffer karena sisa akhirnya adalah 0, dan bersifat asam.
Pada percobaan kedua, 1 ml CH3COOH
diencerkan hingga 10 ml dengan aquades. Begitupun dengan NaOH. Pada percobaan
kedua ini dilakukan tiga percobaan dengan masing-masing pencampuran yang
berbeda. Setelah keduanya diencerkan. Percobaan pertama dicampurkan 2 ml CH3COOH
ditambah 2 ml NaOH yang menghasilkan warna hijau dengan pH 7. Karena volume
yang sama antara asam kuat dan basa kuat
bereaksi membentuk garam dan air. Kation dan anion garam berasal dari
elektrolit kuat yang tidak terhidrolisis, sehingga larutan ini bersifat netral,
pH larutan ini sama dengan 7.
Untuk pencampuan kedua yaitu 5 ml CH3COOH
dengan 2 ml NaOH, dihasilkan warna kuning dengan pH nya adalah 6. Bila pada
percobaan pertamma bersifat netral, maka untuk ini adalah bersifat asam. Karena
menunjukan pHnya 6. Hal tersebut dipengaruhi oleh volume di mana CH3COOH lebih banyak dibandingkan
dengan NaOH. Juga menunjukan proses hidrolisa karena terdapat sisa akhir dari CH3COOH. Sementara untuk percobaan
ketiga, pH yang didapat dalah 12 dengan dihasilkan warna biru. Hal tersebut
dikarenakan volume NaOH lebih banyak dari pada CH3COOH. Anion CH3COO- berasal dari asam lemah yang dapat
terhidrolisis, sedangkan kation Na+ berasal dari basa kuat yang
tidak dapat terhidrolisis. Reaksi hidrolisis asetat (CH3COO‑)
merupakan reaksi kesetimbangannya. Reaksi ini menghasilkan ion OH ‑
yang bersifat basa (pH > 7).
Pada percobaan ketiga, adalah larutan KH2PO4 diteteskan pada kertas pH dengan pH
adalah 6 menghasilkan warna kuning, dan pada larutan NH4Cl
menghasilkan warna biru dengan pH 5. Hal tersebut menunjukan bahawa keduanya
merupakan larutan asam lemah.
Secara teoritik dilakukan penghitungan dengan
menggunakan beberapa rumus. Untuk mencari mol = m.
v. Dan mencari M =
. Bila sudah didapat maka dapat dicari
konesntrasi [OH-] dan konesntrasi. Untuk mencari [OH-] =
.
dan setelah [OH-]didapat maka dimasukan ke rumus: pOH = - log (OH-),
lalu barulah bisa mencari pH-nya, pH = 14 – pOH.


Setelah penghitungan dengan teoritik atau rumus,
didapat pencampuran CH3COOH
+ NaOH adalah 9 + log
.
Pada 2 ml CH3COOH + 2 ml NaOH adalah 8 + log
.
Pada 5 ml CH3COOH + 2 ml NaOH adalah 5-log 2,7. Dan untuk 2 ml CH3COOH + 5 ml NaOH adalah 9 log 3. Dan untuk KH2PO4
adalah 9 + log
.
Dan setelah dibandingkan memiliki nilai yang berbeda, hal tersebut karena
dimungkinkan adanya kesalahan ketika percobaan dilakukan, yaitu kurangnya
keteletian dan tidak tepatnya saat pengukuran volume ketika proses pencampuran.



G.
Kesimpulan
Dari praktikum di atas dapat
disimpulkan bahwa:
1.
Larutan buffer adalah
larutan yang dapat menjaga (mempertahankan) pH-nya dari penambahan asam, basa,
maupun pengenceran oleh air. Dan larutannya adalah CH3COOH +
NaOH → CH3COONa + H2O di mana
kedua larutan tersebut volumenya sama dengan tidak ada sisa akhirnya.
2.
Hidrolisis adalah
reaksi peruraian suatu garam dalam air, dan di mana terdapat sisa pada
produknya (sebelah kiri).
3.
Untuk
mencari [OH-] =
dan pOH = - log (OH-), lalu baru
bisa mencari pH dengan rumus pH = 14 – pOH. Sehingga didapat CH3COOH + NaOH adalah 9
+ log
.
Pada 2 ml CH3COOH + 2 ml NaOH adalah 8 + log
.
Pada 5 ml CH3COOH + 2 ml NaOH adalah 5-log 2,7. Dan untuk 2 ml CH3COOH + 5 ml NaOH adalah 9 log 3. Dan untuk KH2PO4
adalah 9 + log
.




Referensi:
Aninimous, 2013. “Hasil Laporan Praktikum Kimia.” [online].
Tersedia:
http://jatimmurah.wordpress.com/2013/03/07/hasil-laporan-praktikum-kimia/
diakses pada 23 April 14
Hasmi, Rizki. 2014. “laporan praktikum kimia dasar 2 larutan buffer”
[online].
Tersedia: http://embukcity.blogspot.com/2014/01/laporan-praktikum-kimia-dasar-2-larutan.html
diakses pada 23
April 14
Pettruci, Ralph H. 1992. Kimia Dasar Prinsip dan Tetapan Modern
.Terjemahan Suminar. Jakarta: Erlangga
Sunardi, 2006. Bank Soal Kimia Umum. Bandung: M2S
Tidak ada komentar:
Posting Komentar